Menulis Novelet Sebagai Latihan untuk Menulis Novel

Caritra Sari
4 min readAug 15, 2021

--

Kemarin kita sudah belajar menggunakan struktur novel untuk menulis cerpen 4.000–6.000 kata. Kini kita akan mengembangkan struktur tersebut untuk menulis novelet.

Apa itu Novelet?

Novelet atau novel mini adalah cerita yang berisi 7.500–17.500 kata. Novelet lebih panjang dari cerpen dan lebih pendek dari novela. Menulis novelet adalah latihan yang bagus sebelum menulis novel, karena di novelet kita dapat menerapkan struktur novel secara utuh, dengan beban jumlah kata yang lebih sedikit.

Struktur Cerita Delapan Babak

Sebuah novel yang dibangun mengikuti suatu struktur akan berdiri lebih kuat daripada yang ditulis tanpa panduan. Dengan adanya titik plot yang membentuk struktur tersebut, pembaca akan melihat alur cerita berjalan dengan logis dan dinamis. Perjuangan sang tokoh juga lebih terasa, tidak mendadak loncat dari titik A (masalah) ke titik Z (solusi).

Struktur cerita delapan babak artinya sebuah cerita dibagi atas delapan bagian. Ini adalah pengembangan dari struktur cerita empat babak sebagai berikut.

Sebenarnya struktur ini lazim disebut struktur tiga babak, tapi karena babak kedua lebih panjang dari babak pertama dan ketiga (sebanyak 50% dari cerita), lebih mudah untuk menyebutnya terdiri dari empat bagian yang sama panjang.

Ini contoh penerapan strukturnya ke dalam cerita.

Nah, tiap babak ini bisa kita kembangkan dengan memecah masing-masing babak menjadi dua bagian.

Babak Pertama: Perkenalan Tokoh

Pada babak ini kita menjelaskan kondisi si tokoh di titik awal. Bagaimana kesehariannya, orangnya seperti apa, kondisi hidupnya bagaimana. Babak ini diakhiri dengan suatu peristiwa yang membawanya pada masalah (inciting incident).

Babak Kedua: Tokoh menerima misi/tugas

Pada babak ini tokoh maju-mundur, apakah akan menghadapi atau lari dari masalah tersebut. Tokoh masih bisa lepas tangan. Babak ini diakhiri dengan sebuah keputusan atau peristiwa yang menandakan bahwa tokoh bersedia menghadapi masalah tersebut (point of no return). Dia sudah tidak bisa mundur lagi.

Babak Ketiga: Tokoh mendapat masalah tambahan dan bersikap defensif

Pada babak ini tokoh belum tahu apa yang harus dia lakukan. Dia hanya bisa bereaksi dan bertahan terhadap masalah-masalah baru yang mulai muncul. Babak ini diakhiri oleh suatu peristiwa yang membuatnya teringat apa yang sedang dipertaruhkan (first pinch point).

Babak Keempat: Tokoh mendapat pencerahan tentang masalah

Pada babak ini tokoh mulai serius ingin memecahkan masalah, tapi masih belum tahu bagaimana caranya. Dia mulai berusaha mencari informasi dan menemui berbagai hambatan. Babak ini diakhiri oleh suatu peristiwa yang membuatnya menyadari siapa penjahatnya/apa sumber masalah yang sebenarnya (middle plot point). Bisa juga berupa suatu pencerahan tentang masalah tersebut, yang intinya akan mengubahnya dari mode pasif menjadi mode aktif dalam memecahkan masalah.

Babak Kelima: Tokoh mendapat masalah dan bersikap ofensif

Tokoh yang sudah tahu masalah sebenarnya lalu membuat rencana bagaimana dia akan memecahkan masalah tersebut. Dia mulai menyerang, tapi belum ketemu cara untuk menang. Babak ini ditutup oleh suatu peristiwa yang mengingatkan apa yang sedang diperjuangkannya (second pinch point).

Babak Keenam: Tokoh menemukan kunci penyelesaian masalah

Tokoh lebih termotivasi namun masih menemui kekalahan. Pada suatu titik bahkan ada hal yang membuatnya terpuruk sangat dalam, tapi dia lalu bangkit dan menemukan kunci penyelesaian masalah (second plot point). Pada cerita detektif mungkin berupa kepingan pazel terakhir yang membuat si detektif bisa memecahkan kasusnya.

Babak Ketujuh: Puncak cerita/klimaks penyelesaian masalah

Si tokoh konfrontasi langsung dengan lawannya. Di sini terjadi klimaks cerita, dan ditutup dengan hasil konfrontasi tersebut.

Babak Kedelapan: Penutupan cerita

Sebenarnya babak ketujuh dan kedelapan seringkali ditulis sebagai satu bab (oleh karena itu strukturnya disebut Struktur Tujuh Babak). Tapi dalam beberapa kasus, setelah tokoh memenangkan pertarungan, ada hal-hal yang perlu dijelaskan / pertanyaan yang perlu dijawab agar pembaca merasa puas dengan ending-nya.

Berikut contoh penerapan struktur pada ceritanya.

Menerapkan Struktur Novel pada Novelet

Nah, tadi kita sudah menyusun titik plot cerita ke dalam delapan babak. Apabila kita menulis masing-masing babak dalam 1.000 kata, otomatis hasil akhirnya nanti berupa cerita 8.000 kata. Karya cerita ini sudah bisa dibilang sebagai novelet :)

Jadi itulah sebabnya menulis novelet itu bisa dikatakan sebagai latihan yang baik sebelum menulis novel. Kita bisa menerapkan struktur novel secara utuh pada cerita dengan jumlah kata yang lebih sedikit (novelet).

Selamat mencoba!

--

--

Caritra Sari

Homeschool mom, kids project organizer, minecraft adventurer, snackbook writer & reader of heartwarming & wholesome family/friendship stories.