Analisa Film Pendek “Badut” (2021) dengan Struktur Empat Babak

Caritra Sari
2 min readNov 15, 2021

--

Sebuah struktur yang baik akan dapat membuat sebuah cerita berdiri dengan baik. Cerita tersebut tidak harus selalu berupa cerpen, novel, dan media tertulis lainnya. Sebuah film pada dasarnya juga sebuah cerita. Kali ini kita akan menganalisa sebuah film pendek berjudul “Badut”, yang menjadi Juara 1 tingkat nasional festival FLS2N 2021.

Film tersebut dapat dilihat di sini.

Film ini berdurasi 05:59 menit. Kalau kita memeriksa struktur cerita berdasarkan durasinya, maka pada bagian seperempat, setengah, dan tiga perempat terdapat plot point yang akan mengubah cerita. Bila kamu belum tahu, baca di sini tentang struktur cerita empat babak.

Cerita dibuka dengan seorang badut yang tengah menunggu. Rupanya dia menunggu angkot. Di angkot seorang ibu berpakaian rapi menyapanya pada menit ke 00:43 (12,5%). Ini adalah hook ceritanya. Ibu tersebut mengobrol dengan supir angkot tentang anak mereka. Supir angkot bilang anak perempuannya ingin masuk universitas jurusan Seni, tapi si ibu menertawakan dan menyuruhnya menikahkan anaknya saja supaya tidak repot memikirkan kuliahnya.

Di menit ke 01:23 (25%) ibu tersebut menerima telepon dari anaknya, yang akan mengubah jalannya cerita. Ibu itu turun dari angkot karena sudah dijemput anaknya. Dengan adanya titik plot ini, kita baru akan tahu si badut mau ke mana dan melihat identitasnya. Sang badut pun bergeser tempat duduk dan mulai melepas kostumnya.

Begitu kita melihat seorang anak perempuan di balik kostum tersebut di menit ke 02:57 (50%), penonton langsung paham bahwa anak ini adalah anaknya si supir angkot. Ini adalah middle plot point, saat pencerahan terjadi. Ada sesuatu yang fundamental yang berubah pada titik ini, sehingga kita melihat cerita dari sudut pandang yang berbeda. Si badut bukannya tidak sengaja naik angkot itu. Dia memang sedang menunggu ayahnya, menuju ke suatu tempat. Pak supir lalu meminta peci pada anaknya.

Kita baru menyadari alasan kenapa pak supir meminta peci dan kemudian berganti pakaian di menit ke 04:23 (75%) adalah karena dia mau menghadiri suatu acara yang penting, jadi dia harus berpakaian rapi. Saat anaknya bilang mau menunggu saja, kita tahu bahwa dia harus tetap merahasiakan identitasnya sebagai badut. Kita lalu sadar bahwa sang bapak mau mengambil rapor, karena di menit ke 04:38 (selangkah menjelang klimaks) sang ibu pulang bareng anaknya yang rapornya jelek.

Di menit 05:08 (klimaks) kita menerima kabar bahwa sang anak lulus dengan nilai tertinggi. Dia juga diterima di kampus yang diinginkan. Anak itu memeluk bapaknya dan menangis. Kita menganggap ini adalah happy ending. Namun di menit ke 05:46, sebuah plot twist terasa menusuk.

Dengan profesinya sebagai supir angkot dan anak perempuannya yang bekerja sebagai badut, mereka tidak punya uang untuk membayar kuliah anak perempuan tersebut. Sang anak mengetahuinya. Lalu cerita berakhir.

Ini adalah cerita yang sangat menyentuh dan mengesankan. Semua bagian dalam ceritanya ditopang kuat oleh struktur 4 babak yang berdiri tegak.

Sebuah contoh yang sangat baik. Cerita yang pantas menjadi juara.

***

--

--

Caritra Sari
Caritra Sari

Written by Caritra Sari

Homeschool mom, kids project organizer, minecraft adventurer, snackbook writer & reader of heartwarming & wholesome family/friendship stories.

No responses yet